Dia yang Tak Termiliki


Aku tidak tahu apa namanya, yang aku tahu aku selalu tertarik untuk memperhatikan setiap tingkahnya. Di kelas—juga di sekolah, dia adalah idola. Beberapa kali secara tidak sengaja aku mendengar teman-temanku membicarakannya. Oh, ternyata bukan hanya aku yang diam-diam mengaguminya.
Dia adalah bintang kelas berparas tampan. Prestasinya di sekolah membuatku berdecak kagum padanya. Tak sedikit gadis yang secara terang-terangan menyatakan cinta padanya. Sikapnya berwibawa namun tetap supel dan ramah pada teman-temannya. Gaya jalannya begitu khas.
Dia adalah teman sekelasku, satu-satunya laki-laki yang tatapannya paling kuhindari. Aku takut tatapannya akan semakin merunyamkan hatiku. Aku takut dia semakin membuatku gila. Aku takut terluka karena dia berada terlalu “jauh” dariku. Aku takut cintaku tak mendapat sambutan darinya. Aku takut…
Dia adalah lelaki yang belakangan ini mengacaukan tidurku. Tiba-tiba dia hadir dalam setiap khayalku. Sifat rendah diri di dalam diriku telah mengurungkan segala niatku untuk mendekatinya. Bahkan untuk sekedar menyapa saja aku tak berani.
Inilah pertama kalinya aku malu mengakui perasaanku sendiri. Aku malu untuk menyebut ini cinta. Ya, kupikir semua yang kurasakan ini hanya cinta monyet biasa. Cinta main-main. Maka dari itu, aku tidak menghiraukannya, meski tetap saja dia telah mengacak-acak perasaanku.
Setiap hari aku bertemu dengannya di sekolah. Dia duduk di pojok kelas bersama tiga orang sahabatnya. Sedangkan aku, duduk di meja paling depan—tepat di sebelah dinding. Diam-diam, aku menjadi suka menoleh ke belakang, hanya untuk bisa menangkap wajahnya dari ekor mataku—sedang apa dia. Diam-diam, aku memperhatikan setiap gerak tangannya yang mengukir kapur di papan tulis saat menjawab soal. Diam-diam, aku suka ketika dia sedang berceloteh bersama sahabat-sahabatnya.
Hampir satu tahun berlalu. Beberapa bulan lagi, kami akan segera naik kelas. Aku sendiri tak tahu apa aku masih bisa sekelas dengannya. Satu kenyataan yang sama sekali belum siap untuk kudengar, yaitu aku tidak satu kelas lagi dengannya. Aku masih ingin diam-diam menoleh ke arah tempat duduknya. Aku masih ingin merasakan ada dia bersamaku setiap hari—di kelas, meski tanpa bertegur sapa. Bahkan aku siap jika harus dipergoki temanku ketika sedang curi-curi pandang kepadanya. Tak apa bagiku jika mata aku dan dia bertaut. Tak apa jika lama-lama tatapannya bisa menghancurkan perasaanku sendiri. Sungguh, tak apa…
Ouch! Aku melupakan satu kenyataan yang lebih pahit dan lebih melukai. Ternyata dia mencintai orang lain. Dia mencintai seorang perempuan yang bukan aku. Dia mencintai temanku sendiri. Aku sering merutuki kisah cintaku yang payah ini. Aku tahu, aku sama sekali tak berhak untuk melarangmu mencintai siapapun. Tapi aku tidak pernah tahu, rasa patah hati akan sesakit ini.
Tiga tahun berlalu. Kini aku sadar, aku merindukannya.


Jadi Mahasiswa Nih!



Udah akhir tahun dan blog ini baru terjamah lagi setelah sekian lama. Well, gue ngerasa sedih banget karena beberapa bulan ini nggak bisa aktif di blog karena ada something wrong sama blognya. Karena sekarang blog gue udah bisa sign in, gue akan melampiaskan semua kerinduan gue pada dunia tulis-menulis ini.
Karena waktu terakhir gue ngeblog adalah waktu dimana gue lagi sibuk-sibuknya mau masuk kuliah, jadi mungkin ada baiknya sekarang gue menceritakan gimana kesibukan gue di kampus beberapa bulan ini. Ciye, udah jadi mahasiswa nih…
Gue mulai ceritanya dari ospek aja ya. Waktu itu, gue galau banget. Satu sisi, gue punya kepentingan lain yang bikin gue nggak bisa ikut ospek hari pertama. Sementara, gue nggak tau harus minta izin ke siapa. Fyi aja, sebenernya gue harus bolos ospek itu karena gue harus ikut tes kesehatan dan wawancara USM STAN (dan gue nggak punya hoki untuk lulus kesana). Akhirnya, setelah menemukan solusinya, gue bisa ikut tes dengan tenang. Sementara temen-temen lagi ngeluh karena ospeknya ngebosenin, gue justru asyik ngecengin cowok-cowok yang juga ikutan tes yang jadwalnya samaan sama gue. Ya, jangan anggap gue kegenitan apa gimana ya. Ini bener-bener cuma lucu-lucuan.
Di hari kedua ospek, gue sangat antusias. Karena itu adalah yang pertama bagi gue. Dan bener aja, ngebosenin! Tapi nggak ngebosenin ketika gue ketemu sama kakak tingkat berambut gondrong (rambutnya yang bikin gue meleleh, dan karena rambutnya juga sekarang gue jadi suka sama cowok gondrong-_-) yang tiba-tiba aja mengalihkan perhatian gue. Asal tau aja, si kakak adalah kakak tingkat gue yang ada di kampus Palembang. Awalnya gue seneng karena saat itu gue juga termasuk mahasiswa kampus Palembang. Gue ngerasa bakal punya banyak kesempatan untuk ngecengin kakak itu.
Tapi gue harus kecewa karena ternyata permohonan pindah kampus gue disetujui dan akhirnya gue harus pindah ke kampus Indralaya. Ah! Udah kampusnya jauh, nggak bisa ketemu si kakak lagi! Ngebetein!
Gue udah bolos satu minggu dari perkuliahan di Indralaya dan gue sangat nggak nyaman dan suasananya. Ketika masuk hari pertama kuliah di Indralaya, gue ngeliat temen-temen yang lain udah akrab sama temen-temen yang lain. Sementara gue? Sekitar satu bulan lebih gue menjalani perkuliahan disana tanpa temen yang bisa gue anggap temen. Bukan apa-apa, gue belum bisa bersosialisasi dengan baik.
Untuk mengatasi salah tingkahnya gue di kelas, gue cuma harus fokus sama materi yang dikasih dosen. Selesai kuliah, gue buru-buru ketemu Winda dan melakukan semuanya berdua. Gue seolah nggak punya waktu untuk sekedar haha-hihi sama temen-temen di kelas. Tapi karena hal itu, gue jadi rajin ngerjain tugas. Secara nggak sadar, gue menyibukkan diri dengan menikmati dunia baru gue sebagai anak kuliahan dengan ngerjain tugas tepat waktu. Siang di kasih tugas, malemnya gue udah ngerjain dan selesai. Mantep kan?!
Tapi, setelah UTS gue mulai mencoba memilih temen yang tepat. Serem ya, kesannya gue pilih-pilih temen. Well, gue nggak perlu ngejelasin kenapa, tapi intinya gue emang mau pilih-pilih temen, tentu aja dalam arti yang positif.
Mungkin karena waktu itu juga lagi sibuk-sibuknya mau inagurasi, jadi mulai cari temen ngobrol yang pas buat sharing tentang inagurasi. Dari situ, gue bisa nemuin satu-dua orang yang mungkin bisa gue jadiin temen. Karena beberapa temen gue juga sempet nginep di rumah, jadi kita bisa sedikit mengenal satu sama lain. Dan akhirnya, gue mulai bisa keluar dari kesulitan gue bersosialisasi.
Semakin kesini, gue udah bisa nyaman sama temen-temen di kelas gue. Meskipun sosialisasi gue sama temen-temen yang beda kelas nggak begitu baik, ya paling nggak di kelas udah ada perkembangan.
Sementara dalam hal belajar, gue ngerasa mengalami penurunan. Entah ini faktor udah punya temen apa karena pergantian dosen, gue mendadak males belajar. Dosen di kloter kedua ini rada males ngasih tugas soalnya, jarang masuk kelas pula. Jadi, nggak ada harapan sama sekali buat gue yang kalo belajar harus dipaksa ini.
Dan sampe sekarang, gue belum nemuin satu cowok yang bisa dijadiin kecengan. Belum ada yang mengalihkan perhatian gue lagi setelah kakak tingkat berambut gondrong yang ada di kampus Palembang itu. Huft.
Mungkin itu dulu yang bisa gue bagi sama kalian. Entah ada ngaruhnya apa nggak sama hidup kalian, tapi terima kasih karena udah mau nyisihin waktunya untuk baca postingan gue kali ini. Besok-besok mungkin gue akan bercerita lebih detail dan lebih seru tentang kehidupan gue sebagai mahasiswa. Bye!

Bulan Penuh Berkah Penuh Kenangan


Hai! Nggak berasa, kita udah memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan. Sebelumnya, gue mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa dan mohon maaf lahir batin. Semoga amal ibadah kita di Ramadhan kali ini diterima oleh Allah SWT ya.
Seperti umat muslim lainnya, guepun merasa antusias menyambut Ramadhan. Belum Ramadhan aja, suasana puasanya udah berasa banget. Iklan makanan dan minuman, berbagai program tv berbau Ramadhan dan keislaman, ramenya diskon baju lebaran dan pernak-perniknya, serta menjamurnya penjual kue lebaran. Biasanya juga, di bulan puasa, pasar mendadak rame pas sore hari. Orang-orang berbondong-bondong untuk berjualan menu berbuka puasa yang macem-macem. Ya, pokoknya seru deh. Suasana yang cuma bisa kita temuin di bulan puasa doang.
Dan nggak lupa juga, momen wajib yang pasti ada di kala Ramadhan adalah buka bersama. Iya, buka puasanya rame-rame. Biasanya, buka bersama dijadikan momen untuk bisa reunian sama teman-teman lama. Di bulan puasa, paling nggak kita harus nyisihin waktu dan uang untuk berbagai ajakan dan undangan buka bersama. Mulai dari teman SD, teman SMP, teman SMA, teman kuliah, sampe ke temen kita di berbagai organisasi atau komunitas yang kita ikuti, semuanya ngajakin buka bersama.
Kali ini gue ingin berbagi cerita tentang bagaimana berkesannya beberapa buka bersama yang gue ikuti di tahun ini, padahal dengan orang-orang yang sama, orang yang itu-itu aja.
Buka puasa bersama pertama gue adalah tanggal 15 Juli kemarin, bersama geng gue yang antara lain, Redho, Novie, Ejak Saputra, Ejak Humaidi, Dina, Andre, Winda, dan gue sendiri. Paginya, kami udah janjian untuk datang ke sekolah. Kami mengunjungi sekolah kami yang kebetulan lagi disibukkan dengan kegiatan MOS. Kami sempat bertemu dengan beberapa guru dan mulai ngebayangin betapa kangennya belajar di sekolah. Selain itu, kami yang kebetulan semuanya—kecuali Winda—adalah alumni KIR ingin mengunjungi adik-adik kami yang sengaja kumpul pada hari itu. Lucu sih, kami disana (anggap aja) marah-marah loh. Hehehe.
Sorenya, sekitar jam empat kami membentuk formasi di jalan. Kami pergi menuju GOR (sebenarnya bukan di GOR beneran, tapi udah biasa disebut gitu, semacam warung seafood dengan konsep lesehan gitu) bersama-sama. Kami hanya bertujuh dan mulai memilih tempat. Waktu itu, Novie menyusul karena masih ada yang harus dikerjain. Entah karena apa, kami seolah membentuk empat pasangan kencan. Empat cowok berhadapan dengan empat cewek. Andre-Winda, Ejak Humaidi-Dina, Ejak saputra-Windy, dan Redho-Novie. Oh my God‼
Disana, kami seenaknya ketawa ngakak di depan puluhan pengunjung yang juga ingin berbuka di tempat itu. Kami udah nggak peduliin malu lagi. Bodo amat! Lelucon yang bikin sakit perut semakin bikin kita semua kelaperan. Sampe-sampe mas di sebelah meja kami ngeliatin kami terus dengan wajah yang senyum-senyum kagum (Semoga beneran kagum ya), entah karena apa. Waktu terasa lama ketika makanan udah dateng, sementara bedug magrib masih berpuluh-puluh menit lagi. Makanan yang tadinya masih panas berubah dingin ketika adzan magrib berkumandang.
Sebelum jam tujuh, pengunjung mulai sepi dan memilih pulang. Sementara kami masih sibuk ngakak-ngakak dan belum mau menyudahi kebersamaan malam itu. Setelah foto-foto, kami masih kegatelan pengen ‘bareng’. Masih belum puas, kamipun memilih untuk makan es krim di KFC. Iya, kami pergi ke KFC cuma untuk beli es krim! Dan sekitar setengah delapan, kami berkonvoi pulang dengan tujuh motor. Asli. Sumpah. Keren. Berasa geng motor gitu! Hahaha. Jarang-jarang loh kami bisa berkumpul berdelapan kayak gini, malem-malem pula, konvoi pula. Ah, pokoknya gila!
Oh iya, sebenernya gue juga sempet buka bareng Andre pada tanggal 13 Juli di PS. Nggak sengaja gitu. Karena kebetulan kita lagi jalan berdua dan keburu magrib, akhirnya kami memutuskan untuk buka puasa bareng. Ngeselinnya, kami nggak sempet dapet tempat pas buka. Jadi nunggu tempatnya sepi, baru bisa duduk. Dan ngeselinnya lagi, kami harus nunggu sekitar hampir satu jam karena keteledoran pelayannya. Ngeselin juga, karena Andre nggak mau nanyain soal pesanannya ke mas-mas itu. Huft!
Selanjutnya, tanggal 21 Juli gue ikut buka bersama anak-anak kelas 12 ipa 1. Seperti biasa, kami menjadikan rumah Ayah (Panji Nugroho) sebagai tempat berbuka. Eh, sebenernya sih, dia sendiri yang bersedia menyediakan tempat dan makanannya alias gratis! Setelah sekian lama, akhirnya gue bertemu temen-temen sekelas gue yang—officially—udah berbulan-bulan nggak ketemu. Dan bisa ditebak, pembicaraan yang paling nge-hits: “Lulus dimana?”
Selang beberapa hari, tepatnya tanggal 24 Juli kemarin, gue dan secr3t ceritanya mau busaber-buka sahur bersama. Pengennya sih bisa rame kayak waktu bukber di GOR, tapi ternyata kita nggak boleh mengharapkan duplikasi yang sama pada keadaan dan waktu yang berbeda. Karena beberapa alasan, akhirnya yang menyanggupi untuk ikut busaber waktu itu cuma gue, Andre, Ejak saputra, Ejak Humaidi, dan Novie sebagai tuan rumah. Sejak jam tigaan, gue udah berada di rumah Novie dengan membawa pempek dan sirup Marjan (mesti disebut merknya) dan nata de coco. Teman-teman yang lain belum juga datang. Alasannya sih ujan. Sampe sekitar jam lima, formasi baru lengkap. Novie pun mengajak kami untuk membeli menu berbuka lainnya dengan menggunakan mobil. Sekalian ngabuburit mungkin ya.
Yang lucu adalah ternyata Andre (anggap aja) mabok! Hahaha. Di dalam mobil jadi rame karena ngeledekin Andre. Tempat pertama yang singgahi adalah warung pecel lele, lalu ke Bakso Sikam, dan muter lagi untuk beli Batagor. Singkat cerita, kami sampe di rumah ketika adzan sudah berkumandang.
Kami kewalahan karena kami belum nyiapin apa-apa. Setelah heboh-heboh sebentar nyiapin makanannya, kami akhirnya menyantap makanan yang telah kami pilih. Gue dan Ejak Saputra dengan batagor, Ejak Humaidi dan Andre dengan pecel lelenya, dan Novie dengan baksonyo. Sayangnya, ternyata menunya nggak sesuai dengan harapan. Rasa daun jeruk di batagornya terlalu menusuk (jadi berasa makan maicih), baksonya salah beli (maunya super, eh beli yang biasa), dan lelenya juga salah (pesennya bakar, dapetnya goreng).
Niatnya, setelah berbuka kami ingin menonton dvd film 5 cm. Tapi karena suatu hal, kami baru bisa nonton dvd jam sepuluhan. Jadi, agak gambling. Antara mau fokus nonton, ribet milih tempat yang nyaman (soalnya yang cowok agak semena-mena tidurnya), heboh makan pempek, dan setengah mati nahan kantuk. Selesai nonton, kami bergegas tidur dan kemudian sahur bareng. Terus tidur lagi, dan bangun lalu mengobrol sekitar beberapa jam sampe akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.
Seperti biasa, semua hal yang kami lakukan bersama pasti diselingi dengan gelak tawa. Personally, yang gue suka ketika kami lagi ngumpul adalah kami nggak perlu bilang “gue mau cerita nih” atau “curhat dong”. Semua cerita mengalir gitu aja di sela-sela tawa dan lelucon. Jadi, poinnya cuma lo harus sering-sering ngumpul. Dan selalu ada cerita baru selepas kami kumpul. Selalu ada lelucon baru. Selalu ada…
Ini yang paling fresh. Buka bersama yang baru aja dilakuin kemarin, tanggal 26 Juli. Buka bersama calon anggota dan anggota, serta alumni KIR. Meskipun gue nggak tau kenapa, sebenarnya kegiatan tahunan ini udah gue tunggu sejak lama. Sampe akhirnya, buka bersama lebih terkesan bermakna ketika mengetahui bahwa Yaser datang. Sebelumnya, Yaser agak susah ditemuin dan dihubungin. Jadi, begitu dia menyisihkan waktunya untuk datang, gue senang banget. Dari sepuluh, sembilannya bisa datang. Setelah sekian lama, kami akhirnya berkumpul kembali. Yaser, Redho (meskipun telat datang), Dina, Gue, Ejak Saputra, Ejak Humaidi, Novie, Edo, dan Andre. Rasanya bener-bener kangen kumpul bareng, dan seneng banget bisa rame kayak gitu. Bersama adik-adik dan kakak-kakak yang lain, kami menikmati buka puasa dengan rasa kekeluargaan. Meskipun sempat diiringi hujan, tapi nggak mengurangi rasa kebersamaan di antara kami.
Gue akhirnya bisa mengobrol banyak dengan Yaser. Gue juga bisa melihat keakraban adik-adik KIR yang sibuk banget bikin acaranya sukses. Gue juga bisa menikmati keindahan persahabatan kami yang entah kenapa menjadi sesuatu yang berbeda malam itu. Kami juga nggak sengaja bikin yel-yel kejombloan kami. Iya, baru sadar ternyata semuanya lagi pada jomblo. Hehehe. Lucu aja sih, gimana kami bersembilan (kayaknya) terlihat lebih konyol daripada adik-adik kami. Inilah kami, dengan segala kekonyolan yang ada, juga dengan ikatan tali persahabatan yang semakin kuat.

Thanks for Today

                Hai! Walaupun tanggal 8 Juli 2013 udah lewat, tapi izinin gue curhat ya? Siap-siap ketiduran bacain dongeng dari gue. Hahaha! Eh tapi jangan ding, kasian di guenya kalo bacaan gue bikin kalian ngantuk, gue merasa hina :( *eh


Di tanggal 8 Juli 2013 kemarin, gue punya beberapa kegiatan yang harus gue lakukan. Pagi, gue harus pergi ke Balai Diklat Keuangan Palembang mengurus keperluan agar bisa mendapat nomor ujian peserta untuk mengikuti USM STAN. Lanjut siangnya, gue udah janjian sama teman-teman dan beberapa adik KIR untuk ngumpul di rumah. Mayan, udah lama nggak ketemu sama mereka, sekalian ngilangin bete dan kesepian karena rumah yang sepi. Dan sorenya, akan ada pengumuman kelulusan calon mahasiswa baru jalur SBMPTN 2013, dimana gue akan tau apa kabar gue selanjutnya.

8 Juli 2013
Sebelum tidur gue udah pasang alarm biar bisa bangun jam empat. Pas ketika alarm bunyi gue terbangun, gue langsung mandi dan siap-siap. Kebetulan, dengan rajinnya, semalem gue udah menyiapkan keperluan gue untuk hari ini. Jadinya ya gitu, berhubung semuanya udah beres, baru jam lima tapi udah gelisah pengen cepetan pergi. Kelamaan nunggu malah jadi bete dan ngantuk.
Udah jam enam. Gue bergegas untuk ngeluarin motor dan segala macemnya sampe akhirnya gue udah di jalan. Jalanan masih lancar. Jadi, waktu yang gue perkirakan untuk nyampe di tempat meleset. Gue datengnya agak sedikit kecepatan. Menunggu dan menunggu, gitu aja terus. Heran ya, apa-apa harus serba nunggu. Kapan ditunggunya? Eh, salah fokus.
Singkat cerita, setelah ribet-ribetan di dalam ruangan dan sempet ada kekeliruan, akhirnya guepun keluar dan dapet nomor peserta. Huah, gemeteran campur deg-degan, loh.
Gue pulang. Gue mengendarai motor menyusuri jalan protokol dengan hati yang lega banget-bangetan. Guepun ingat dengan kegiatan gue selanjutnya. Teman-teman mau ke rumah‼ Yeee rumah gue nggak sepi.
Sekitar jam sebelas, rumah gue udah rame sama teman-teman dan beberapa adik KIR. Rencananya, kita mau ngomongin promosi ekskul yang agak bikin pusing adik-adik ini. Tapi, ya gitu deh, taulah kalo angkatan gue udah kumpul, pasti suasana jadi rame dan heboh. Belum juga buka omongan tentang masalah awal, mereka udah bikin gue sakit perut karena joke-joke mereka. Setelah semuanya kumpul, kamipun mulai berdiskusi dan akhirnya mendapat solusi. Nggak berasa, tau-tau aja udah sore. Teman angkatan gue ribut kelaperan dan adik-adik itu ribut karena mau ngumpulin teman-temannya lagi di rumah gue.
Akhirnya, sementara teman-teman gue sibuk mau masak mie dan mengacaukan dapur gue, adik-adik gue yang datangpun bertambah rame karena solusi atas kendala mereka mau diproklamirkan. Rumah guepun semakin pecah kayak iklan mie sedap cup-nya Raditya Dika. Dan tambah kocak ketika ternyata gas di rumah gue abis, yang artinya mereka nggak bisa masak mie yang udah terlanjur dibeli.
Akhirnya mie yang berbungkus-bungkus itupun terlantar dan entah kapan bisa dimakan karena sekarang masuk bulan puasa. Lalu kami berkumpul di ruang tengah bersama adik-adik KIR yang udah pada nunggu kapan alumninya itu berhenti main-main. Saat itu kami menghabiskan waktu dengan berbagi cerita dan tukar pendapat gitu deh.
Begitu gue tau udah jam lima, gue teriak “nah udah jam lima hihihi”  dengan gajenya. Gue tau kalo itu artinya hasil SBMPTN telah diumumkan. Tapi gue nggak melakukan apapun. Gue nggak berusaha untuk browsing atau minta Winda untuk ngecek hasilnya. Gue udah nggak terlalu berharap dan nggak cukup berani untuk tau hasilnya saat itu. Guepun melanjutkan obrolan bersama anak-anak KIR.
Pas nggak sengaja gue cek hape, ternyata ada sms. Wuih, tumben banget hape gue ada sms. Ternyata dari Winda, dia bilang kalo kami berdua sama-sama lulus di pilhan pertama. Hah serius? Iya, emang benar gue lulus SBMPTN. Tapi karena pada saat itu situasinya rumah lagi rame, gue nggak terlalu merasakan euforia gimana rasanya senang lulus PTN jalur tulis. Lagi pula, saat itu orang tua gue lagi nggak berada di rumah—gue mengabari mereka lewat telepon. Jadi ya udah, selow aja.
Nggak berapa lama, berangsur-angsur tamu guepun pamit pulang. Iyalah, hari juga udah keburu sore. Tersisalah Kikik—Rizki Aginia—di rumah gue. Dia udah terlanjur bolos mengajar karena perkumpulan hari ini. Jadi dia minta gue bertanggungjawab untuk menampungnya sampe jam delapan. Gue sama sekali nggak berkeberatan untuk itu. Rumah lagi sepi sih, jadi seru aja kalo ada yang datang ke rumah.
Nunggu jam delapan, kami ngobrolin macem-macem. Karena kelulusan gue lagi anget-angetnya, kami cerita-cerita tentang PTN dan pengalaman kerasnya jadi anak kelas 12 kemarin. Sempet cerita tentang KIR juga. Belum jam delapan, Winda ngingetin gue untuk nyetak poto. Jadinya gue ngajak Kikik untuk nemenin gue nyetak poto sambil ngobrol di jalan. Nggak tau apa maksudnya, warnet di dekat rumah tutup hingga akhirnya Kikik nyaranin untuk nyetak poto di daerah banten(bukan provinsi Banten ya!). Ya udah, jalan-jalan deh dari sentosa ke banten malem-malem dengan cuaca yang abis ujan.
Setelah poto beres, gue mengantar Kikik pulang ke rumah. Dan habislah cerita di hari itu. Badan gue remuk. Semuanya ngilu. Gue nggak bisa tidur semaleman. Tapi hati gue lagi nggak remuk tuh. Gue senang hari itu.
Setidaknya, urusan STAN udah beres dan tinggal nunggu ujian. Gue bisa gila-gilaan lagi sama teman-teman entah udah berapa lama nggak kayak gitu. Gue juga bisa ketemu adik-adik KIR gue dan sedikit “nyeramahin” mereka. Gue juga curhat-curhatan tentang KIR sama Kikik—penerus gue sebagai seksi capek-capek di KIR.
Tapi, dari sekian banyak momen yang ada di hari itu, ini tetap yang paling penting. Hari itu gue dinyatakan lulus sebagai salah satu mahasiswa baru Universitas Sriwijaya Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Tahun 2013 jalur ujian tulis SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Tuhan menyayangi gue dengan cara ini. Kerja keras gue membuahkan hasil. Walaupun gue nggak lagi bersama mereka pada saat itu, tapi gue tau setidaknya gue bisa membuat orang tua gue tersenyum hari itu.

Mencintai Kenangan


Khayalan adalah lorong waktu yang tak berarah. Sedangkan kenangan adalah lorong waktu yang hanya mengarah pada satu hal, masa lalu. Mereka adalah dua hal yang berbeda, tapi punya satu persamaan. Khayalan maupun kenangan sama-sama nggak boleh diperjuangkan!


Setelah dua hari gue kepusingan mikirin bahasan yang bagus untuk ditulis di blog ini, akhirnya gue nemuin topik yang semoga aja beneran bagus untuk kalian baca. Tulisan ini gue khususkan untuk kalian yang terlalu mencintai kenangan.
Yang gue maksud orang yang terlalu mencintai kenangan di atas adalah orang yang selalu ngaku kalo dirinya susah move on. Mereka yang susah move on adalah sebagian orang yang sedang memperjuangkan khayalan dan kenangan secara bersamaan—dan seharusnya mereka tau bahwa itu sebuah kesalahan. Mereka hanya bisa mencintai masa lalunya yang dianggap lebih indah daripada masa depannya. Mereka menganggap bahwa hanya kenangan di masa lalu itulah yang harus menjadi masa depannya.
Seperti yang gue bilang, kenangan itu ada di masa lalu. Tapi, kebanyakan dari mereka—yang terlalu mencintai kenangan—malah menjadikannya harapan yang bisa terulang untuk kedua kalinya. Biasanya, ini kerjaannya cewek-cewek. Kita terlalu percaya pada kesempatan kedua dan mulai berkhayal untuk sesuatu yang lebih baik.
Kenangan nggak melulu terbungkus dalam bentuk momen-momen yang udah indah dari sononya. Bisa jadi kenangan itu berbentuk momen-momen yang perlu direvisi. Iya, maksudnya mungkin aja mereka yang lagi candu akan kenangan itu lagi ngarepin adanya remedial atau kesempatan kedua. Entah karena mereka merasa perlu memberi kesempatan atau karena sebaliknya, mereka merasa perlu diberi kesempatan. Kenangan juga bisa berbentuk orang. Karena salah satu hal yang dirindukan dari kenangan adalah bersama siapa kita melakukannya. Kita tau bahwa seiring dengan berjalannya waktu, orang-orang yang mengisi hidup kita juga silih berganti. Ya sebenarnya sih, mereka cuma merasa kehilangan. Tapi biasanya rasa kehilangan itu didasari oleh “waktu yang kemarin itu belum cukup untuk gue sama-sama sama dia, gue pengen punya waktu yang lebih lama lagi sama dia, untuk melakukan semuanya bersama-sama”.
Akibatnya, orang yang terlalu mencintai kenangan memaksa semuanya untuk harus sesuai dengan apa yang diinginkannya. Lalu mereka cenderung menyalahkan keadaan jika semuanya tidak terjadi seperti yang diharapkan. Mereka terjebak dalam keadaan yang nggak seharusnya. Hal ini akan berbahaya karena mata hati mereka cenderung tertutup untuk melihat sesuatu yang baru. Mereka hanya bisa melihat keindahan dari masa lalunya. Padahal, mungkin aja ada orang yang lebih baik di depan sana. Orang yang bisa memberikan kenyamanan hanya jika dia diberi kesempatan. Karena faktanya, orang yang susah move on nggak mau (bukan nggak bisa) ngasih kesempatan pada orang baru, dia cuma ngasih kesempatan pada orang masa lalunya, orang yang dianggapnya terbaik.
Seharusnya mereka mengerti akan beberapa hal ini.
Kenangan adalah pelajaran dan pengalaman, bukan sebuah tempat untuk ditinggali. Kenangan juga nggak minta untuk dicintai, dia cuma pengen dikenang, bukan diratapi atau disesali.
1) Relakan, berdamailah dengan diri sendiri. 2) Ucapkan terima kasih untuk masa lalu lo yang udah ngasih banyak kenangan indah. 3) Buka hati untuk orang baru, karena mereka butuh kesempatan. 4) Biarkan waktu yang bekerja mengurus semua kebutuhan lo untuk “pindah”, karena pada akhirnya lo cuma butuh waktu.

Patah Hati


Karena ada istilah galau, semua orang mendadak jadi sensitifan. Dulu ketika alay masih nge-tren, apa-apa mesti di send-all. Lagi sedih kek, lagi seneng kek, pokoknya dunia harus tau. Sekarang tanpa send-all, semua orang bisa berbagi melalui twitter. Apalagi sekarang udah menjamur twitter account yang isinya galau-galauan abg labil. Udah deh, semuanya serba di-retweet.



Patah hatipun terlihat menjijikkan ketika mereka mulai ngetweet galau. Niatnya sih mereka mau ngungkapin apa yang mereka rasain dalam bentuk tulisan. Mereka pengen teriak dalam bentuk lain. Tapi kadang malah terlihat norak karena kesakitannya dilebih-lebihin gitu. Sakit hati, patah hati, dan putus cinta seolah menjadi akhir dari hidup mereka.




1. Bertepuk sebelah tangan
   Cinta nggak bersambut tuh emang nyakitin. Kok tau? Iyalah, gue sering banget kebagian cinta bertepuk sebelah tangan.
   Bertepuk sebelah tangan itu banyak macemnya. Ada yang bertepuk sebelah tangan karena emang terang-terangan ditolak. Kalo yang ini sih jelas, karena artinya kita udah berusaha ngungkapin perasaan kita yang sebenarnya, ya walaupun responnya nggak seperti yang kita pengen. Sakit sih, tapi toh setelah itu kita bisa move on dan melanjutkan pencarian kan?
Tapi ada juga yang bertepuk sebelah tangan karena menganggap begitu. Maksudnya? Iya, dia cuma berspekulasi kalo dia nggak disukai sama gebetannya. Padahal nggak ada tanda-tanda apapun yang bisa membuktikan hal tersebut. Biasanya orang-orang dalam kategori ini adalah korban cinta diam-diam. Karena mentok di gengsi, nggak mau nyoba, dan terlanjur minder, akhirnya mereka menganggap kalo cinta mereka bertepuk sebelah tangan.
   Coba aja gue cantik kayak cewek itu, coba aja gue bisa seramah cewek yang dia suka, coba aja gue jadi idola sekolah, coba aja dia suka sama gue, coba aja…
Pasti orang yang cintanya bertepuk sebelah tangan selalu nyalahin diri mereka dengan kalimat-kalimat “coba aja gue…”.
Mulai sekarang jangan cuma bisa berspekulasi dan mikir yang jelek-jelek. At least kalo lo nggak bisa bilang atau nunjukkin perasaan lo ke dia, lo nggak perlu nyalahin ketidaksempurnaan lo atas sikap lo yang nggak bisa berbuat apa-apa itu. Dan kalo lo udah ngungkapin perasaan lo tapi ditolak, itu adalah sebuah alarm. Mungkin alarm supaya lo tau dimana “kurang”-nya diri lo. Mungkin juga alarm yang nandain kalo dia nggak cukup pantes buat lo, bukan malah lo yang ngerasa nggak pantes buat dia.

2. Putus Cinta
Baru putus? HAHAHAHAHAHAKASIAN‼ Udah bertahan setengah mampus, rela diposesifin, ngalamin banyak momen indah, sayang banget-bangetan, eh taunya diputusin. Nyesek! Pasti banyak faktor pendukung yang bikin kita diputusin atau milih buat putus. Mulai dari alasan yang masuk akal sampe alasan-alasan klise yang herannya masih dipake sampe sekarang.
Pasti ada perasaan nggak terima waktu diputusin. Ada perasaan bersalah juga ketika harus mutusin orang yang udah kita sayang. Tapi putus tetap harus dilakuin karena itulah yang terbaik. Yang terbaik? Basi banget, kan?
Emang nggak mudah ngelupain orang yang selama ini kita sayang, yang selalu ada buat kita, dan selalu bisa bikin kita ketawa. Tapi nggak perlu sampe nangis tiap malem juga kan? Bener sih kalo air mata adalah tanda ketulusan. Tapi nggak perlu buktiin ketulusan kita buat orang yang nggak tulus juga, kan? Ketika udah rela  putus atau diputusin, itu artinya kalian juga harus rela untuk nggak nangisin dia, karena lo seharusnya lebih sayang sama diri lo sendiri. Ya, realistis ajalah. Dia aja nggak sanggup bertahan dan nggak sanggup bikin lo bertahan, terus ngapain ditangisin?

3. Susah move On
Nah kata move on lagi ngehits banget nih beberapa tahun ini. Move on sebenarnya bisa diartikan dalam hal yang sangat luas, tapi lagi-lagi remaja-remaja Indonesia membuat dunianya sendiri. Move on bagi kalangan remaja adalah keadaan dimana lo udah lupa sama orang yang pernah lo sayang. Jadi, ketika lo belum lupa sama orang tersebut meskipun lo udah nggak sama orang itu, lo pasti dikatain belum move on.
Katanya sih karena udah terlanjur sayang, tapi apa bener karena mentok di sayang doang? Kalo menurut gue sih, orang yang belum bisa move on itu adalah orang yang terlalu menghayati peran. Mereka hanya stuck di satu posisi yang sama, dengan sudut pandang yang sama, dan dalam keadaan yang sama.
Ayolah, coba pikir lagi deh. Susah move on itu bikin susah gerak. Maksudnya, lo jadi nggak bisa buka hati buat orang baru, lo jadi nggak bisa ngeliat cinta lain yang datang—yang mungkin lebih indah. Pada akhirnya lo cuma jadi orang yang suka melamun dan ngebayangin masa-masa indah yang dulu dan mikir “seandainya aja gue bisa balik lagi ke masa itu” dan berharap semuanya akan lebih indah.
Nggak akan ada yang lebih indah ketika lo memilih untuk jatuh ke lubang yang sama—bersama orang yang sama.

4. Penyesalan
Sebenernya gue nggak tau ini termasuk patah hati apa bukan, tapi tetep gue tulis disini karena gue lagi suka lagunya Cakra Khan – Setelah Kau Tiada yang ceritanya hampir mirip sama poin yang bakal gue jelasin disini. Oke, gue tau itu nggak penting dan nggak ada hubungannya juga.
Biasanya, setelah putus, pasti ada pihak yang nyesel. Nyesel karena udah nyia-nyiain orang yang bener-bener tulus. Tiba-tiba kita sadar kalo dia itu segalanya. Dia yang merhatiin kita, rajin kasih semangat, suka bikin ketawa, bisa ngembaliin mood yang ancur, dan dia juga yang paling bisa dengerin semua curhatan kita. Tapi sekarang… nggak ada lagi yang begitu.
Mungkin nyesel ada sisi positifnya buat lo. Lo jadi tersadar kalo kemarin-kemarin lo terlalu mengabaikannya. Tapi, yakin lo nyesel beneran?
Coba teliti lagi deh, lo itu nyeselnya karena kehilangan orang yang spesial apa nyesel karena nggak ada yang bisa spesialin kamu lagi?
Inget loh, nggak setiap hal ada kesempatan kedua. Ketika lo dikasih satu kesempatan pertama, seharusnya lo bisa menjaga hal itu, karena mungkin aja yang pertama berarti yang terakhir.

5. Takut Jatuh Cinta
Takut jatuh cinta adalah efek dari keseringan patah hati. Karena selalu “gagal”, kita jadi enggan membuka hati untuk yang seseorang yang baru.
Biasanya mereka takut pengalaman pahit yang dulu terulang kembali. Artinya pengalaman itu udah ngasih luka yang teramat di dalam hati seseorang. Nggak cuma capek, orang yang takut jatuh cinta juga biasanya jadi males… males untuk ngasih hati ke orang lain.
  
Oke sejujurnya gue agak kesulitan untuk nulis postingan yang berbau patah hati ini. Gue agak kesulitan mendeskripsikannya karena gue kebetulan lagi nggak patah hati. Jadi maaf ya kalo ada yang gambling disana-sini.

Ketika lo memilih untuk jatuh, lo juga harus siap untuk sakit. Sama kayak jatuh cinta, tiap orang pasti pernah patah hati. Ketika patah hati, kita jadi mellow galaw nggak berkesudahan. Kita terlalu menghayati peran sebagai korban si heartbreaker. Coba deh lo bangkit dan mulai pahat hati lagi kayak Smash, biar nggak sedih lagi, deg-degan lagi, ser-seran lagi…

Jatuh Cinta


Kalo udah soal urusan hati, pasti deh nggak jauh-jauh dari yang namanya jatuh cinta dan patah hati. Dari dua hal itu aja, kita bisa ngerasain perasaan yang macem-macem. Waktu lagi seneng kita masih bisa ngerasain ragu, apalagi waktu lagi sedih, bisa banget tuh ngerasain yang namanya kecewa ataupun nyesel.

Ada baiknya kalo kali ini gue cerita tentang cinta seperti yang gue sedikit jelasin di atas. Cerita cinta yang sengaja gue bikin nggak spesifik, karena gue lebih menekankan pada perbedaan situasinya. Maksudnya sih supaya kalian bisa menyelami semua situasinya. Mudah-mudahan ada yang mewakili perasaan kalian saat ini ya!


Jatuh cinta nggak melulu indah loh! Emang sih kita jadi punya semangat untuk dateng ke sekolah, ada yang jadi mood booster juga, terus kita ngerasa jadi lebih bahagia karena jatuh cinta. Tapi… ngerasa nggak, jatuh cinta juga bikin galau, bikin makan hati, dan bikin nyesek?! Nggak percaya? Nih coba dibaca dulu!

1. Love at the first sight
Percaya atau nggak, sebuah ketertarikan itu dimulai dari mata. Gue nggak bilang ketertarikan itu berasal dari fisik, tapi mungkin ada sesuatu yang mungkin nggak bisa dijelasin oleh lisan yang bikin kita tertarik. Oya, inget ya, nggak ada tuh perasaan cinta pada pandangan pertama. Pandangan pertama adalah kesan yang ditimbulkan oleh seseorang yang membuat kita ingin mengenalnya lebih jauh.
Kayak di ftv kebanyakan, semuanya berawal dari pandangan pertama. Ketemu pengamen cantik di bis terus jadi suka, atau cewek cupu yang nggak sengaja nabrak cowok-ganteng-yang-kebetulan-baik-hati di kampus lalu jatuh cinta, mungkin juga diawali dengan nyolot-nyolotan karena pelayanan yang nggak memuaskan di kafe terus akhirnya kenalan dan jadian.
Hidup nggak seindah ftv dimana semuanya serba kebetulan. Hidup juga nggak semanis alur ceritanya yang udah di-setting. Tapi hidup pasti ngasih kita banyak alasan untuk bahagia, kayak pemeran-pemeran ftv yang selalu bahagia itu.
Gue sih nggak percaya pada love at the first sight. Cinta itu proses. Cinta itu terbiasa, bukan karena ketemu sekali doang. At least lo harus kenal dulu sama dia. Kalo kata vierratale mah, cinta butuh waktu. Bukan dalam sekejap mata doang!

2. Cinta diam-diam
   Wah kalo ini sih gue jagonya. Mungkin juga sebagian besar cewek di dunia ini lebih suka mencintai diam-diam daripada frontal bilang ke doi. Perasaan ini biasanya diawali dari rasa kagum sama doi yang kita anggap berbeda dari yang lainnya. Kita mulai suka merhatiin gaya dan tingkahnya, malah sampe hafal. Kita suka nggak sengaja ngeliatin doi tanpa alasan yang jelas. Namun setelah kita mulai menyadari perasaan apa ini, nggak banyak yang bisa kita lakuin. Kalo biasanya mau pinjem pena biasa aja, ini jadi kagok. Sebisa mungkin menghindari kontak mata sama doi. Mending nyolong-nyolong ngeliatin doi dari koridor kelas atau curi-curi pandang pas makan di kantin deh daripada harus ketemu dan ngeliat matanya yang bikin meleleh dan salah tingkah.
Akhirnya kita cuma bisa stalk twitter doi tanpa bisa mention-mentionan. Kalo berani follow mungkin cuma bisa retweet-retweet doang. Kalo nggak berani follow? Terpaksa deh harus bolak-balik Go to User doi. Belum lagi kalo doi jarang nge-tweet, uh ngeselin banget, kan jadi nggak bisa kepo deh. Akan lebih kacau lagi kalo ternyata doi nggak aktif di sosial media manapun, mau kepo dari mana cobaaaaa?? *histeris*
Sempet sih kepengen ngaku kalo suka, tapi keinget gengsi. Mau sms perhatian juga nggak bisa karena takut disangka suka (padahal emang iya). Paling banter juga nanyain PR atau nanyain rapat OSIS. Kalo doi udah punya pacar, pasti kita suka pura-pura kepo nanyain hubungan doi ke temen-temen seolah-olah kita mau tau gosip terbaru. Padahal ya untuk menambah “ilmu”.
Karena hal itu pula, si pecinta diam-diampun lebih rentan galau. Dia jadi suka ragu sama hatinya sendiri. Maju atau mundur? Dia nggak tau harus bertahan atau menyerah pada kebisuan cintanya. Biasanya orang mempunyai kesakitan yang amat sangat pada kondisi ini. Semuanya akan terasa serba salah, padahal mereka bukan Raisa. Huft.
Guys, gue saranin sama kalian, coba deh sekali-sekali ilangin dulu tuh yang namanya gengsi. Nggak ada salahnya kok ngungkapin atau paling nggak nunjukkin perasaan lo ke dia. Pake kode sih boleh, tapi jangan yang terlalu abstrak dan nggak bisa dibaca. Kasih kode yang bikin dia tau kalo lo suka sama dia. Biasanya cowok perlu dipancing untuk memulai. Soalnya cowok juga suka dilanda perasaan ragu untuk ngedeketin.
Kalo nggak dicoba kan kita nggak akan tau gimana kelanjutannya, siapa tau dia juga suka sama lo.

3. Friendzone
   Gue pernah bahas ini di twitter. Pasti banyak yang keliru tentang arti friendzone yang sebenarnya. Pasti kalian ngira friendzone itu suka sama sahabat sendiri. Padahal, friendzone adalah dimana salah satu pihak mengaku lebih nyaman sebagai seorang teman atau sahabat dibandingkan harus menjalin hubungan sepasang kekasih. Atas nama kenyamanan, lo bakal di-jleb-in dengan kalimat “kita temenan aja ya” atau “aku udah anggap kamu kayak temen aku sendiri”. Kalo menurut gue sih, itu bukan sebuah kenyamanan. Dia bisa aja lagi alibi, karena udah nggak tau lagi mau nolak pake cara apaan, jadi pada akhirnya dia cuma bisa bilang “kita temenan aja ya”. Atau mungkin dia cuma lagi takut, takut kalo nantinya dia nggak bisa ngebahagiaan lo yang udah terlalu baik (Basi‼). Bisa juga dia udah terlanjur sayang sama lo, ya maksudnya sayang ntar nggak ada lagi yang bisa dijadiin tempat pelarian.
   Emang sih biasanya masing-masing pihak akan tetap merasa diuntungkan. Satu pihak merasa “cukup” dan tetap bahagia dengan selalu ada di samping doi walaupun cuma sebagai temen, satunya lagi merasa ikut senang karena ada yang bisa dimanfaatin (korban friendzone pasti ngertilah ya).
   Cuma mau kasih saran aja ya, makanya kalo suka sama orang, plis deh jangan ngedeketin doi sebagai temen. Karena pada akhirnya, lo bener-bener hanya akan dianggap sebagai seorang temen. Be brave aja tunjukkin kalo perhatian yang selama ini lo kasih bukan untuk cuma-dianggap-temen.

4. Sahabat Jadi Cinta
   Nah ini baru jleb: sahabat jadi cinta. Yup, suka sama sahabat sendiri! Kalian pernah nggak ngerasain yang kayak gini? Ah kalo gue sih pernah. Emang kayaknya gue pernah ngalamin semua yang gue tulis disini. Agak cur-col juga sih ini ceritanya.
   Awalnya sih emang sepakat untuk jadi sahabat. Semuanya berasa indah. Ibaratnya, gue nyaman sama lo, lo nyaman sama gue. Kita tau jelek-jeleknya dia, kebiasaan dia sehari-hari, kita juga udah ngerti gimana harus memperlakukan dia, bahkan kita tau jam-jam kapan dia bete. Pokoknya udah paling ngerti deh sama suasana hati masing-masing. Lama-kelamaan, ada perasaan yang lebih jauh, yang lebih dalam. Perasaan ingin memiliki. Bencana pun datang‼!
   Suka sama sahabat sendiri tuh nggak pernah enak. Kenapa? Karena udah terlanjur terkepung dalam “kotak” persahabatan. Setiap dia care malah jatuhnya kita ngarep dan ge-er, mau nyatain mah resikonya terlalu gede, gimana coba kalo tiba-tiba dianya ngejauh? Kalaupun sama-sama suka, biasanya tetap memilih untuk nggak jadian, karena takutnya ntar canggung satu sama lain. Meskipun ada yang memilih untuk jadian dan berakhir happy ending kayak ftv, tetap aja nggak akan ditemuin lagi perlakuan yang dulu ketika masih jadi seorang sahabat.
Karena pada akhirnya, ketika ada perasaan-lebih-dari-sahabat yang harus terungkap, maka ada “persahabatan” yang harus siap dikorbankan.

5. Kakak-adekan
   Wah, yang ini sih lagi jamannya banget di kalangan remaja. Alibi jadi kakak atau adik cuma biar bisa deket sama doi. Ya, intinya sih orang yang dipanggil kakak atau adek itu nggak lain nggak bukan gebetannya sendiri. Pura-puranya sih perhatian sebagai kakak/adek, padahal mah sekalian modus. Sok-sokan nyeritain gebetan ke doi, dengan harapan biar bisa tau gimana tanggepannya. Kalo doi cemburu, kitanya seneng dan merasa maju satu langkah. Kalo doi nanggepinnya biasa aja, kita mulai bete dan merasa gagal modus. Kadang juga suka gombal-gombalan gitu. Serba moduslah pokoknya! Kalo gue bilang sih, kakak-adekan adalah pacaran yang tertunda.
   Ya kalo buat seru-seruan doang sih nggak masalah (tapi kayaknya nggak mungkin cuma buat seru-seruan doang). Yang jadi masalah adalah ketika di salah satu pihak ada yang ngarep. Nah, bagi yang ngarep, apa-apa dianggep lebih. Ya, rasa cinta itu mulainya dari perhatian-perhatian kecil. Tapi kalo setiap perhatian selalu disalahartikan, kan bahaya. Ya, bukan salah yang ngarep sih kalo pada akhirnya dia suka sama “kakak/adek”-nya sendiri, tapi kenapa kedekatan mereka diawali dengan berpura-pura menjadi kakak/adek?
Oya, kebanyakan sih, di salah satu pihak yang maen kakak-adekan itu udah ada yang punya pacar. Balik lagi deh, jadi pelarian doang!
Contohnya nih, misal doi udah punya pacar dan curhat kalo doi lagi berantem, wuih kita pasti nyengir sendiri. Sok-sok prihatin padahal senangnya minta ampun. Malah suka kepikiran, kapan putusnya? Nah lohhhhh.

6. Jadian
   Ada yang bilang masa PDKT lebih indah daripada masa pacaran. Emang iya? Gue nggak tau nih, gue kan masih polos dan lugu. Uhuk.
   Mungkin orang yang bilang kayak gitu merasa kalo PDKT itu semuanya serba manis. Iyalah serba manis, serba jaim-jaiman. Apa-apa sok imut dan sok cool di depan pasangan. Maunya nunjukkin yang bagus-bagus aja. Terus posesifnya belum keluar (kan belum pacaran). Jadi walaupun cemburu, pasti bilang gini “ngapain gue cemburu sama dia, gue kan bukan siapa-siapa”. Eh ternyata, pas udah jadian, semuanya ditanggepin serius! Deket cowok dikit, diomelin. Apa-apa mesti laporan. Pacaran apa jaga ronda?
   Tapi nggak bisa dipungkirin kalo pada masa pacaran kita bisa selangkah lebih maju. Yang biasanya nggak pernah dilakuin pas PDKT karena merasa belum jadi siapa-siapa, sekarang udah bisa. Terus udah lebih banyak kenangan-kenangan indah juga. Hal-hal kecil dari tingkah doi bisa bikin kita senyum sepanjang hari. Tiap hari ada yang nge-SMS, ada yang ngucapin selamat pagi, ada yang ngingetin makan, dan ada yang bisa diajakin nonton bioskop. Kalo jomblo kan, hampa…

Oke karena kayaknya terlalu panjang kalo gue lanjutin disini, untuk cerita yang bagian patah hatinya kalian bisa klik disini ya!