Bulan Penuh Berkah Penuh Kenangan


Hai! Nggak berasa, kita udah memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan. Sebelumnya, gue mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa dan mohon maaf lahir batin. Semoga amal ibadah kita di Ramadhan kali ini diterima oleh Allah SWT ya.
Seperti umat muslim lainnya, guepun merasa antusias menyambut Ramadhan. Belum Ramadhan aja, suasana puasanya udah berasa banget. Iklan makanan dan minuman, berbagai program tv berbau Ramadhan dan keislaman, ramenya diskon baju lebaran dan pernak-perniknya, serta menjamurnya penjual kue lebaran. Biasanya juga, di bulan puasa, pasar mendadak rame pas sore hari. Orang-orang berbondong-bondong untuk berjualan menu berbuka puasa yang macem-macem. Ya, pokoknya seru deh. Suasana yang cuma bisa kita temuin di bulan puasa doang.
Dan nggak lupa juga, momen wajib yang pasti ada di kala Ramadhan adalah buka bersama. Iya, buka puasanya rame-rame. Biasanya, buka bersama dijadikan momen untuk bisa reunian sama teman-teman lama. Di bulan puasa, paling nggak kita harus nyisihin waktu dan uang untuk berbagai ajakan dan undangan buka bersama. Mulai dari teman SD, teman SMP, teman SMA, teman kuliah, sampe ke temen kita di berbagai organisasi atau komunitas yang kita ikuti, semuanya ngajakin buka bersama.
Kali ini gue ingin berbagi cerita tentang bagaimana berkesannya beberapa buka bersama yang gue ikuti di tahun ini, padahal dengan orang-orang yang sama, orang yang itu-itu aja.
Buka puasa bersama pertama gue adalah tanggal 15 Juli kemarin, bersama geng gue yang antara lain, Redho, Novie, Ejak Saputra, Ejak Humaidi, Dina, Andre, Winda, dan gue sendiri. Paginya, kami udah janjian untuk datang ke sekolah. Kami mengunjungi sekolah kami yang kebetulan lagi disibukkan dengan kegiatan MOS. Kami sempat bertemu dengan beberapa guru dan mulai ngebayangin betapa kangennya belajar di sekolah. Selain itu, kami yang kebetulan semuanya—kecuali Winda—adalah alumni KIR ingin mengunjungi adik-adik kami yang sengaja kumpul pada hari itu. Lucu sih, kami disana (anggap aja) marah-marah loh. Hehehe.
Sorenya, sekitar jam empat kami membentuk formasi di jalan. Kami pergi menuju GOR (sebenarnya bukan di GOR beneran, tapi udah biasa disebut gitu, semacam warung seafood dengan konsep lesehan gitu) bersama-sama. Kami hanya bertujuh dan mulai memilih tempat. Waktu itu, Novie menyusul karena masih ada yang harus dikerjain. Entah karena apa, kami seolah membentuk empat pasangan kencan. Empat cowok berhadapan dengan empat cewek. Andre-Winda, Ejak Humaidi-Dina, Ejak saputra-Windy, dan Redho-Novie. Oh my God‼
Disana, kami seenaknya ketawa ngakak di depan puluhan pengunjung yang juga ingin berbuka di tempat itu. Kami udah nggak peduliin malu lagi. Bodo amat! Lelucon yang bikin sakit perut semakin bikin kita semua kelaperan. Sampe-sampe mas di sebelah meja kami ngeliatin kami terus dengan wajah yang senyum-senyum kagum (Semoga beneran kagum ya), entah karena apa. Waktu terasa lama ketika makanan udah dateng, sementara bedug magrib masih berpuluh-puluh menit lagi. Makanan yang tadinya masih panas berubah dingin ketika adzan magrib berkumandang.
Sebelum jam tujuh, pengunjung mulai sepi dan memilih pulang. Sementara kami masih sibuk ngakak-ngakak dan belum mau menyudahi kebersamaan malam itu. Setelah foto-foto, kami masih kegatelan pengen ‘bareng’. Masih belum puas, kamipun memilih untuk makan es krim di KFC. Iya, kami pergi ke KFC cuma untuk beli es krim! Dan sekitar setengah delapan, kami berkonvoi pulang dengan tujuh motor. Asli. Sumpah. Keren. Berasa geng motor gitu! Hahaha. Jarang-jarang loh kami bisa berkumpul berdelapan kayak gini, malem-malem pula, konvoi pula. Ah, pokoknya gila!
Oh iya, sebenernya gue juga sempet buka bareng Andre pada tanggal 13 Juli di PS. Nggak sengaja gitu. Karena kebetulan kita lagi jalan berdua dan keburu magrib, akhirnya kami memutuskan untuk buka puasa bareng. Ngeselinnya, kami nggak sempet dapet tempat pas buka. Jadi nunggu tempatnya sepi, baru bisa duduk. Dan ngeselinnya lagi, kami harus nunggu sekitar hampir satu jam karena keteledoran pelayannya. Ngeselin juga, karena Andre nggak mau nanyain soal pesanannya ke mas-mas itu. Huft!
Selanjutnya, tanggal 21 Juli gue ikut buka bersama anak-anak kelas 12 ipa 1. Seperti biasa, kami menjadikan rumah Ayah (Panji Nugroho) sebagai tempat berbuka. Eh, sebenernya sih, dia sendiri yang bersedia menyediakan tempat dan makanannya alias gratis! Setelah sekian lama, akhirnya gue bertemu temen-temen sekelas gue yang—officially—udah berbulan-bulan nggak ketemu. Dan bisa ditebak, pembicaraan yang paling nge-hits: “Lulus dimana?”
Selang beberapa hari, tepatnya tanggal 24 Juli kemarin, gue dan secr3t ceritanya mau busaber-buka sahur bersama. Pengennya sih bisa rame kayak waktu bukber di GOR, tapi ternyata kita nggak boleh mengharapkan duplikasi yang sama pada keadaan dan waktu yang berbeda. Karena beberapa alasan, akhirnya yang menyanggupi untuk ikut busaber waktu itu cuma gue, Andre, Ejak saputra, Ejak Humaidi, dan Novie sebagai tuan rumah. Sejak jam tigaan, gue udah berada di rumah Novie dengan membawa pempek dan sirup Marjan (mesti disebut merknya) dan nata de coco. Teman-teman yang lain belum juga datang. Alasannya sih ujan. Sampe sekitar jam lima, formasi baru lengkap. Novie pun mengajak kami untuk membeli menu berbuka lainnya dengan menggunakan mobil. Sekalian ngabuburit mungkin ya.
Yang lucu adalah ternyata Andre (anggap aja) mabok! Hahaha. Di dalam mobil jadi rame karena ngeledekin Andre. Tempat pertama yang singgahi adalah warung pecel lele, lalu ke Bakso Sikam, dan muter lagi untuk beli Batagor. Singkat cerita, kami sampe di rumah ketika adzan sudah berkumandang.
Kami kewalahan karena kami belum nyiapin apa-apa. Setelah heboh-heboh sebentar nyiapin makanannya, kami akhirnya menyantap makanan yang telah kami pilih. Gue dan Ejak Saputra dengan batagor, Ejak Humaidi dan Andre dengan pecel lelenya, dan Novie dengan baksonyo. Sayangnya, ternyata menunya nggak sesuai dengan harapan. Rasa daun jeruk di batagornya terlalu menusuk (jadi berasa makan maicih), baksonya salah beli (maunya super, eh beli yang biasa), dan lelenya juga salah (pesennya bakar, dapetnya goreng).
Niatnya, setelah berbuka kami ingin menonton dvd film 5 cm. Tapi karena suatu hal, kami baru bisa nonton dvd jam sepuluhan. Jadi, agak gambling. Antara mau fokus nonton, ribet milih tempat yang nyaman (soalnya yang cowok agak semena-mena tidurnya), heboh makan pempek, dan setengah mati nahan kantuk. Selesai nonton, kami bergegas tidur dan kemudian sahur bareng. Terus tidur lagi, dan bangun lalu mengobrol sekitar beberapa jam sampe akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.
Seperti biasa, semua hal yang kami lakukan bersama pasti diselingi dengan gelak tawa. Personally, yang gue suka ketika kami lagi ngumpul adalah kami nggak perlu bilang “gue mau cerita nih” atau “curhat dong”. Semua cerita mengalir gitu aja di sela-sela tawa dan lelucon. Jadi, poinnya cuma lo harus sering-sering ngumpul. Dan selalu ada cerita baru selepas kami kumpul. Selalu ada lelucon baru. Selalu ada…
Ini yang paling fresh. Buka bersama yang baru aja dilakuin kemarin, tanggal 26 Juli. Buka bersama calon anggota dan anggota, serta alumni KIR. Meskipun gue nggak tau kenapa, sebenarnya kegiatan tahunan ini udah gue tunggu sejak lama. Sampe akhirnya, buka bersama lebih terkesan bermakna ketika mengetahui bahwa Yaser datang. Sebelumnya, Yaser agak susah ditemuin dan dihubungin. Jadi, begitu dia menyisihkan waktunya untuk datang, gue senang banget. Dari sepuluh, sembilannya bisa datang. Setelah sekian lama, kami akhirnya berkumpul kembali. Yaser, Redho (meskipun telat datang), Dina, Gue, Ejak Saputra, Ejak Humaidi, Novie, Edo, dan Andre. Rasanya bener-bener kangen kumpul bareng, dan seneng banget bisa rame kayak gitu. Bersama adik-adik dan kakak-kakak yang lain, kami menikmati buka puasa dengan rasa kekeluargaan. Meskipun sempat diiringi hujan, tapi nggak mengurangi rasa kebersamaan di antara kami.
Gue akhirnya bisa mengobrol banyak dengan Yaser. Gue juga bisa melihat keakraban adik-adik KIR yang sibuk banget bikin acaranya sukses. Gue juga bisa menikmati keindahan persahabatan kami yang entah kenapa menjadi sesuatu yang berbeda malam itu. Kami juga nggak sengaja bikin yel-yel kejombloan kami. Iya, baru sadar ternyata semuanya lagi pada jomblo. Hehehe. Lucu aja sih, gimana kami bersembilan (kayaknya) terlihat lebih konyol daripada adik-adik kami. Inilah kami, dengan segala kekonyolan yang ada, juga dengan ikatan tali persahabatan yang semakin kuat.

Thanks for Today

                Hai! Walaupun tanggal 8 Juli 2013 udah lewat, tapi izinin gue curhat ya? Siap-siap ketiduran bacain dongeng dari gue. Hahaha! Eh tapi jangan ding, kasian di guenya kalo bacaan gue bikin kalian ngantuk, gue merasa hina :( *eh


Di tanggal 8 Juli 2013 kemarin, gue punya beberapa kegiatan yang harus gue lakukan. Pagi, gue harus pergi ke Balai Diklat Keuangan Palembang mengurus keperluan agar bisa mendapat nomor ujian peserta untuk mengikuti USM STAN. Lanjut siangnya, gue udah janjian sama teman-teman dan beberapa adik KIR untuk ngumpul di rumah. Mayan, udah lama nggak ketemu sama mereka, sekalian ngilangin bete dan kesepian karena rumah yang sepi. Dan sorenya, akan ada pengumuman kelulusan calon mahasiswa baru jalur SBMPTN 2013, dimana gue akan tau apa kabar gue selanjutnya.

8 Juli 2013
Sebelum tidur gue udah pasang alarm biar bisa bangun jam empat. Pas ketika alarm bunyi gue terbangun, gue langsung mandi dan siap-siap. Kebetulan, dengan rajinnya, semalem gue udah menyiapkan keperluan gue untuk hari ini. Jadinya ya gitu, berhubung semuanya udah beres, baru jam lima tapi udah gelisah pengen cepetan pergi. Kelamaan nunggu malah jadi bete dan ngantuk.
Udah jam enam. Gue bergegas untuk ngeluarin motor dan segala macemnya sampe akhirnya gue udah di jalan. Jalanan masih lancar. Jadi, waktu yang gue perkirakan untuk nyampe di tempat meleset. Gue datengnya agak sedikit kecepatan. Menunggu dan menunggu, gitu aja terus. Heran ya, apa-apa harus serba nunggu. Kapan ditunggunya? Eh, salah fokus.
Singkat cerita, setelah ribet-ribetan di dalam ruangan dan sempet ada kekeliruan, akhirnya guepun keluar dan dapet nomor peserta. Huah, gemeteran campur deg-degan, loh.
Gue pulang. Gue mengendarai motor menyusuri jalan protokol dengan hati yang lega banget-bangetan. Guepun ingat dengan kegiatan gue selanjutnya. Teman-teman mau ke rumah‼ Yeee rumah gue nggak sepi.
Sekitar jam sebelas, rumah gue udah rame sama teman-teman dan beberapa adik KIR. Rencananya, kita mau ngomongin promosi ekskul yang agak bikin pusing adik-adik ini. Tapi, ya gitu deh, taulah kalo angkatan gue udah kumpul, pasti suasana jadi rame dan heboh. Belum juga buka omongan tentang masalah awal, mereka udah bikin gue sakit perut karena joke-joke mereka. Setelah semuanya kumpul, kamipun mulai berdiskusi dan akhirnya mendapat solusi. Nggak berasa, tau-tau aja udah sore. Teman angkatan gue ribut kelaperan dan adik-adik itu ribut karena mau ngumpulin teman-temannya lagi di rumah gue.
Akhirnya, sementara teman-teman gue sibuk mau masak mie dan mengacaukan dapur gue, adik-adik gue yang datangpun bertambah rame karena solusi atas kendala mereka mau diproklamirkan. Rumah guepun semakin pecah kayak iklan mie sedap cup-nya Raditya Dika. Dan tambah kocak ketika ternyata gas di rumah gue abis, yang artinya mereka nggak bisa masak mie yang udah terlanjur dibeli.
Akhirnya mie yang berbungkus-bungkus itupun terlantar dan entah kapan bisa dimakan karena sekarang masuk bulan puasa. Lalu kami berkumpul di ruang tengah bersama adik-adik KIR yang udah pada nunggu kapan alumninya itu berhenti main-main. Saat itu kami menghabiskan waktu dengan berbagi cerita dan tukar pendapat gitu deh.
Begitu gue tau udah jam lima, gue teriak “nah udah jam lima hihihi”  dengan gajenya. Gue tau kalo itu artinya hasil SBMPTN telah diumumkan. Tapi gue nggak melakukan apapun. Gue nggak berusaha untuk browsing atau minta Winda untuk ngecek hasilnya. Gue udah nggak terlalu berharap dan nggak cukup berani untuk tau hasilnya saat itu. Guepun melanjutkan obrolan bersama anak-anak KIR.
Pas nggak sengaja gue cek hape, ternyata ada sms. Wuih, tumben banget hape gue ada sms. Ternyata dari Winda, dia bilang kalo kami berdua sama-sama lulus di pilhan pertama. Hah serius? Iya, emang benar gue lulus SBMPTN. Tapi karena pada saat itu situasinya rumah lagi rame, gue nggak terlalu merasakan euforia gimana rasanya senang lulus PTN jalur tulis. Lagi pula, saat itu orang tua gue lagi nggak berada di rumah—gue mengabari mereka lewat telepon. Jadi ya udah, selow aja.
Nggak berapa lama, berangsur-angsur tamu guepun pamit pulang. Iyalah, hari juga udah keburu sore. Tersisalah Kikik—Rizki Aginia—di rumah gue. Dia udah terlanjur bolos mengajar karena perkumpulan hari ini. Jadi dia minta gue bertanggungjawab untuk menampungnya sampe jam delapan. Gue sama sekali nggak berkeberatan untuk itu. Rumah lagi sepi sih, jadi seru aja kalo ada yang datang ke rumah.
Nunggu jam delapan, kami ngobrolin macem-macem. Karena kelulusan gue lagi anget-angetnya, kami cerita-cerita tentang PTN dan pengalaman kerasnya jadi anak kelas 12 kemarin. Sempet cerita tentang KIR juga. Belum jam delapan, Winda ngingetin gue untuk nyetak poto. Jadinya gue ngajak Kikik untuk nemenin gue nyetak poto sambil ngobrol di jalan. Nggak tau apa maksudnya, warnet di dekat rumah tutup hingga akhirnya Kikik nyaranin untuk nyetak poto di daerah banten(bukan provinsi Banten ya!). Ya udah, jalan-jalan deh dari sentosa ke banten malem-malem dengan cuaca yang abis ujan.
Setelah poto beres, gue mengantar Kikik pulang ke rumah. Dan habislah cerita di hari itu. Badan gue remuk. Semuanya ngilu. Gue nggak bisa tidur semaleman. Tapi hati gue lagi nggak remuk tuh. Gue senang hari itu.
Setidaknya, urusan STAN udah beres dan tinggal nunggu ujian. Gue bisa gila-gilaan lagi sama teman-teman entah udah berapa lama nggak kayak gitu. Gue juga bisa ketemu adik-adik KIR gue dan sedikit “nyeramahin” mereka. Gue juga curhat-curhatan tentang KIR sama Kikik—penerus gue sebagai seksi capek-capek di KIR.
Tapi, dari sekian banyak momen yang ada di hari itu, ini tetap yang paling penting. Hari itu gue dinyatakan lulus sebagai salah satu mahasiswa baru Universitas Sriwijaya Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Tahun 2013 jalur ujian tulis SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Tuhan menyayangi gue dengan cara ini. Kerja keras gue membuahkan hasil. Walaupun gue nggak lagi bersama mereka pada saat itu, tapi gue tau setidaknya gue bisa membuat orang tua gue tersenyum hari itu.

Mencintai Kenangan


Khayalan adalah lorong waktu yang tak berarah. Sedangkan kenangan adalah lorong waktu yang hanya mengarah pada satu hal, masa lalu. Mereka adalah dua hal yang berbeda, tapi punya satu persamaan. Khayalan maupun kenangan sama-sama nggak boleh diperjuangkan!


Setelah dua hari gue kepusingan mikirin bahasan yang bagus untuk ditulis di blog ini, akhirnya gue nemuin topik yang semoga aja beneran bagus untuk kalian baca. Tulisan ini gue khususkan untuk kalian yang terlalu mencintai kenangan.
Yang gue maksud orang yang terlalu mencintai kenangan di atas adalah orang yang selalu ngaku kalo dirinya susah move on. Mereka yang susah move on adalah sebagian orang yang sedang memperjuangkan khayalan dan kenangan secara bersamaan—dan seharusnya mereka tau bahwa itu sebuah kesalahan. Mereka hanya bisa mencintai masa lalunya yang dianggap lebih indah daripada masa depannya. Mereka menganggap bahwa hanya kenangan di masa lalu itulah yang harus menjadi masa depannya.
Seperti yang gue bilang, kenangan itu ada di masa lalu. Tapi, kebanyakan dari mereka—yang terlalu mencintai kenangan—malah menjadikannya harapan yang bisa terulang untuk kedua kalinya. Biasanya, ini kerjaannya cewek-cewek. Kita terlalu percaya pada kesempatan kedua dan mulai berkhayal untuk sesuatu yang lebih baik.
Kenangan nggak melulu terbungkus dalam bentuk momen-momen yang udah indah dari sononya. Bisa jadi kenangan itu berbentuk momen-momen yang perlu direvisi. Iya, maksudnya mungkin aja mereka yang lagi candu akan kenangan itu lagi ngarepin adanya remedial atau kesempatan kedua. Entah karena mereka merasa perlu memberi kesempatan atau karena sebaliknya, mereka merasa perlu diberi kesempatan. Kenangan juga bisa berbentuk orang. Karena salah satu hal yang dirindukan dari kenangan adalah bersama siapa kita melakukannya. Kita tau bahwa seiring dengan berjalannya waktu, orang-orang yang mengisi hidup kita juga silih berganti. Ya sebenarnya sih, mereka cuma merasa kehilangan. Tapi biasanya rasa kehilangan itu didasari oleh “waktu yang kemarin itu belum cukup untuk gue sama-sama sama dia, gue pengen punya waktu yang lebih lama lagi sama dia, untuk melakukan semuanya bersama-sama”.
Akibatnya, orang yang terlalu mencintai kenangan memaksa semuanya untuk harus sesuai dengan apa yang diinginkannya. Lalu mereka cenderung menyalahkan keadaan jika semuanya tidak terjadi seperti yang diharapkan. Mereka terjebak dalam keadaan yang nggak seharusnya. Hal ini akan berbahaya karena mata hati mereka cenderung tertutup untuk melihat sesuatu yang baru. Mereka hanya bisa melihat keindahan dari masa lalunya. Padahal, mungkin aja ada orang yang lebih baik di depan sana. Orang yang bisa memberikan kenyamanan hanya jika dia diberi kesempatan. Karena faktanya, orang yang susah move on nggak mau (bukan nggak bisa) ngasih kesempatan pada orang baru, dia cuma ngasih kesempatan pada orang masa lalunya, orang yang dianggapnya terbaik.
Seharusnya mereka mengerti akan beberapa hal ini.
Kenangan adalah pelajaran dan pengalaman, bukan sebuah tempat untuk ditinggali. Kenangan juga nggak minta untuk dicintai, dia cuma pengen dikenang, bukan diratapi atau disesali.
1) Relakan, berdamailah dengan diri sendiri. 2) Ucapkan terima kasih untuk masa lalu lo yang udah ngasih banyak kenangan indah. 3) Buka hati untuk orang baru, karena mereka butuh kesempatan. 4) Biarkan waktu yang bekerja mengurus semua kebutuhan lo untuk “pindah”, karena pada akhirnya lo cuma butuh waktu.