LCTA IAI Sumsel 2014

“Betapa bahagia itu bisa tercipta dari sisi manapun.”
- Windy, 19 tahun, lagi bahagia.

Hai, apa kabar? Minggu ini sebenarnya gue lagi sibuk UAS. Tapi karena hari ini nggak ada jadwal alias libur, dan kebetulan punya pengalaman yang pengeeenn banget gue bagi, siang ini gue memutuskan untuk menulis.
Kurang lebih satu bulan yang lalu, salah satu kakak tingkat gue ngajakin gue untuk gabung dalam kepanitiaan Lomba Cepat Tepat Akuntansi IAI Sumatera Selatan. Intinya, itu adalah lomba cepat tepat untuk mahasiswa akuntansi se-Sumatera Selatan yang diselenggarakan oleh IAI Sumsel. Kebetulan, tahun ini Unsri yang kebagian bekerja sama dengan IAI untuk menyukseskan kegiatan tersebut. Karena itu adalah lomba akuntansi, otomatis kepanitiaan perwakilan dari Unsri adalah mahasiswa Akuntansi Unsri yang kebetulan tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Akuntansi (IMA) Unsri. Lomba diadakan dalam dua hari, yaitu tanggal 15 dan 22 November 2014.
Saat gue ditawari untuk ikut dalam kepanitiaan tersebut, gue ragu. Saat itu gue lagi kewalahan banget sama manajemen waktu gue yang berantakan. Gue takut nggak bisa nyisihin waktu gue untuk kesibukan di lomba ini. Tapi berat juga untuk menolaknya, karena gue paling suka sibuk-sibuk ngurus kegiatan semacam itu. Gue juga sadar kalau ini adalah kesempatan yang belum tentu semua orang bisa dapatkan. Setelah menimbang-timbang, akhirnya gue setuju untuk menjadi panitia seksi kesekretariatan.
Selama beberapa minggu selanjutnya, gue sama sekali nggak melakukan kontribusi apapun untuk lomba tersebut. Nggak pernah ikut rapat, nggak tau-menau soal proposal, dan nggak menyumbangkan tenaga apapun disana. Sampai-sampai gue sempet mikir, “Acaranya jadi nggak, sih?”.
Singkatnya gue akhirnya tahu kalau memang kakak-kakak itu sengaja nggak ngajak gue bersibuk-sibuk ria. Alasannya, biar nggak ribet dan bisa kerja cepat. Karena emang nggak memungkinkan bagi gue yang kuliahnya di Indralaya nun jauh disana bisa bolak-balik ke IAI yang berlokasi di Palembang. Alhasil, yang kerja itu cuma kakak-kakak tingkat gue (yang notabene udah jarang ke Indralaya karena jumlah sks-nya tinggal dikit) dan anak-anak dari kampus Palembang (yang notabene lokasi kampusnya dekat banget sama kantor IAI).
Nah, begitu hari Technical Meeting tiba, gue harus mengorbankan kuliah tambahan gue karena posisinya gue nggak mungkin nggak datang atau nggak ikut berpartisipasi lagi. Terlebih lagi, karena sampai dengan saat itu gue belum pernah datang ke IAI. Akhirnya gue pergi ke IAI dan menghabiskan waktu kurang lebih dua jam disana. Setidaknya, dengan kedatangan gue itu gue jadi tahu gambaran suasana lombanya dan apa sebenarnya tugas gue disitu—karena sampai saat itu gue masih belum juga ‘kerja’.
Keesokan harinya, tibalah hari pertama LCTA IAI Sumsel yang diisi dengan acara seminar. Saat itu gue berbagi shift sama panitia seksi kesekretariatan lainnya dan mendapatkan jatah untuk datang pada siang hari. Sebenarnya gue (lagi-lagi) nggak ada tugas disana, karena tugas panitia kesekretariatan itu ketika registrasi pagi harinya. Akhirnya gue cuma duduk-duduk doang disana sampai seminar selesai.
Nah, yang paling keren itu adalah hari puncaknya, yaitu hari kedua kegiatan sekaligus lomba yang sebenarnya. Untuk hari kedua, acara diadakan di Hotel Sintesa Peninsula. Sebelumnya, gue nggak tahu dimana dan gimana hotel itu. Sampai akhirnya, pagi-pagi buta gue mengendarai motor sendirian menuju kesana.
Wuih, gue semangat banget pokoknya. Pertama, karena memang gue selalu antusias tiap ikut kegiatan-kegiatan semacam ini. Kedua, ada rasa harus datang pagi karena merasa harus membantu kakak-kakak panitia lainnya yang pasti sudah capek banget mengusahakan segala sesuatunya. Dan, tibalah gue di hotel tersebut. Untunglah, hotelnya sangat gampang untuk ditemui, meskipun jaraknya jauuuhhh banget dari rumah gue.
Hari itu, di hotel itu, bersama panitia-panitia lainnya, gue happy banget. Disana, gue mendapatkan pengalaman yang luar biasa berharga.
Secara material, gue terkesan banget sama kegiatan ini. Kalau sebelum-sebelumnya waktu gue jadi panitia, even gue ikut bayar kontribusi, seringnya itu gue malah nggak dapat jatah makan. Entah itu karena harus menekan biaya seminimal mungkin, kehabisan, atau nggak punya waktu untuk sekedar makan. Sementara di lomba ini, mulai dari sarapan, snack pagi, makan siang, sampai snack sore, semuanya kebagian! Bahkan, tanpa membayar kontribusi apapun! Ini adalah panitia terenak yang pernah gue rasain.
Secara emosional, gue merasa sangat bangga. Karena seperti yang gue bilang sebelumnya, nggak semua orang dapat kesempatan ini. Gue merasa terhormat banget mendapatkan kesempatan untuk bisa tergabung dalam kepanitiaan dan melihat secara langsung proses kepanitiaan di tingkat yang lebih besar itu seperti apa. Lalu, mungkin karena gue lagi suntuk-suntuknya sama kegiatan gue yang semakin membosankan—apalagi semakin mendekati UAS, gue merasa kegiatan ini justru menjadi ‘hiburan’ tersendiri buat gue. Gue ketemu dan mengenal orang-orang baru, juga mengobrol dengan mereka. Gue merasa sedikit lebih dekat dengan orang-orang yang sebenarnya merupakan keluarga gue juga. Kami terlahir dalam satu rahim yang sama, Akuntansi. (Sorry gue lebay :D)
Begitu acara selesai, gue tahu-tahu aja merasa malas pulang ke rumah. Hari sudah gelap, panitia-panitia lainpun sudah bergegas pulang. Selain gue, hanya tinggal panitia dari IAI dan kakak-kakak tingkat gue yang tersisa disana. Sebenarnya gue masih ingin ikut membantu membereskan semuanya hingga selesai. Apalagi, wajah lelah kakak-kakak itu semakin membuat gue sulit untuk meninggalkan hotel itu. Tapi kondisinya saat itu benar-benar tidak memungkinkan. Hari sudah malam dan hujan baru saja berhenti, sementara rumah gue jauuuhhh banget dari hotel itu. Gue takut nanti akan turun hujan lagi, sementara gue pulangnya sendirian. Akhirnya dengan berat hati, gue pamit sama ketua pelaksananya.
Gue pulang dengan perasaan teramat bahagia. Sama sekali nggak terasa pegal-pegal di tubuh (barulah pas bangun tidur terasa banget pegalnya). Di perjalanan, gue beberapa kali senyum-senyum sendiri. Benar-benar pengalaman yang nggak mungkin terulang lagi.
Foto sebelum acara dimulai

Selfie sama beberapa panitia

Foto setelah acara berakhir
Sepulangnya gue di rumah, melalui line, panitia-panitia mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan kerja keras yang telah sama-sama kami upayakan hari itu. Tapi, gue justru berbeda. Gue mengucapkan terima kasih kepada mereka karena telah mengajak gue dalam kegiatan yang luar biasa keren ini. Gue merasa sangat terhormat menjadi salah satu bagian dari mereka.
Harapan gue, nantinya gue masih dikasih kesempatan lagi untuk terbagung lagi dalam kepanitiaan semacam ini bersama mereka, atau dengan orang lain yang tak kalah hebatnya. Semoga juga, ini adalah batu loncatan bagi gue untuk bisa merasakan kebanggaan-kebanggaan lainnya di masa yang akan datang.