#1 Tetangga Favorit


"Baru pulang, Ndok?"

Tadi siang aku baru saja tiba dari luar kota, setelah tiga hari menjalankan dinas dari kantor. Tak sempat istirahat, aku langsung melanjutkan pekerjaanku yang tertunda dan telah menumpuk. Dunia kerja memaksaku untuk kaku dan bekerja seperti mesin. Harus terus bergerak agar tak dikira rusak, bisa-bisa diganti dengan yang baru.

Rumah jadi satu-satunya tempat yang ingin aku singgahi segera. Ingin lari sejenak dari dinginnya hawa persaingan, bertemu dengan orang-orang kesayangan.



"Iya, Nek," jawabku sembari menoleh ke arah sepasang kakek-nenek di seberang rumah.

Komplek rumahku sangat sepi, orang-orang keluar rumah hanya saat ingin berpergian dan kembali ke rumah saat sudah petang atau malam. Tidak banyak interaksi di antara kami, terutama karena keluargaku pendatang baru di komplek ini. Seringnya hafal wajah tapi lupa tetangga yang mana dan siapa namanya. Tapi pasangan kakek-nenek penghuni Blok E5 ini tetangga favoritku.

"Kakek-nenek dari mana? Mesra sekali sore-sore begini berduaan, bikin iri saja." Aku menghampiri mereka di seberang jalan lalu sungkem tanda hormat.

Mereka usai jalan-jalan keliling komplek, mencari udara segar katanya. Kami mengobrol sebentar, membicarakan perjalananku ke luar kota kemarin dan pohon mangga milik Kakek yang sedang berbuah. Kemudian mereka mengajakku berkunjung ke rumah mereka. "Ayo, mampir dulu. Nanti Kakek bawakan mangga yang buanyakkk, biar ndak rebutan sama adikmu. Hehehe."

Aku mengekor mereka masuk ke dalam rumah. Binar mata yang dipancarkan oleh kakek-nenek ini membuatku lupa akan lelah.

"Eyang!!!"

Balita lucu berlari kecil menghampiri Kakek yang kemudian menyambutnya dengan gendongan. "Cucu Eyang sudah bangun, toh!"

Kakek memberi isyarat, "Tunggu sebentar."

Hanya sapaan sederhana dari seorang tetangga, mengobrol santai membicarakan mangga Kakek, memandangi kasih sayang di antara mereka... Hal-hal kecil yang kusadari sudah lama tak kutemui di keseharianku. Aku sadar bukan hanya rumah yang kurindukan, namun juga suasana ramah di sekelilingnya.

"Nenek buatkan minum dulu. Kamu duduk aja, istirahat," Nenek mempersilakan duduk.

Aku selalu melangkah lurus ke depan, tak punya waktu untuk menikmati sekeliling melihat ke kanan dan ke kiri. Mengintip kehangatan rumah kakek Suryo rasanya memberiku energi lebih.

"Nek, ada bolu pandan dari Mama di meja dapur," teriak seorang cowok dari ruang keluarga. "Aku numpang nonton film disini, ya. Di rumah lagi banyak tamu."

"Itu, ada Alin di depan. Mbok, yo, diajak nonton juga," timpal Kakek.

Rasanya tidak ada yang tidak akrab dengan kakek-nenek ini. Gani, anak tetangga sebelah yang jarang keluar rumah saja bisa betah main di rumah ini.

"Loh, ada tamu, ya?" Padahal dia juga tamu disini. Galih memanjangkan leher dari balik sofa, "Ngapain disana sendirian? Sini!"

Komplek ini terasa lebih manusiawi karena keberadaan penghuni Blok E5.


0 komentar: