Si Antagonis


Aku tau konsekuensinya menjadi penghilang bosan seseorang yang telah berpasangan. Memang salahku telah memberimu cela, sekarang aku susah--dan sungkan berhenti.


---



Kisah cintaku tak pernah pasti. Begitu juga kali ini, aku masih saja menjalani hubungan tanpa status dengannya, tapi dengan sadar juga menikmati peran sebagai antagonis dalam hubungan orang lain. Gilanya, kami semua berada di lingkaran pertemanan yang sama. Tak terhitung berapa kali aku mengutuk diriku sendiri untuk semua keadaan rumit ini.



Tapi...



Bukan aku yang memulainya, sungguh. Sama sekali tak ada niat untuk menjadi jahat seperti ini. Lingkungan yang membuatku begitu saja satu jengkal lebih dekat dengan pacar orang, lebih akrab lagi dan kemudian makin hanyut terbawa perasaan.



Sekali saja, bolehkah aku membela diri?



---



Keadaan menuntunku.
Aku tengah lelah dan berulang kali ingin menyerah atas hubunganku dengannya yang tak pernah sampai pada titik terang. Kemudian kau datang menjadi peredam atas perasaan meledak-ledakku karena ketidakpastian hubunganku. Di sisi lain aku tau, aku juga membantumu menghapus penat dengannya, kan?



Hhh, simbiosis mutualisme yang aneh memang.



Padahal kita hanya kebetulan tumbuh di hubungan yang tak sehat dan mencoba bersenang-senang sesekali. Sayangnya kita lupa bahwa sesekali yang terlalu sering akan menjadi sebuah ketergantungan. Sekarang aku tidak bisa mengabaikanmu, tapi juga tak bisa meninggalkannya.

0 komentar: