Dua bulan sebelum berangkat, Winda dan Ejak sudah berencana untuk liburan di akhir tahun. Aku diem aja karena nggak ada tabungan sama sekali untuk liburan, saat itu lagi seret-seretnya banget. Singkat cerita, sebulan sebelum akhir tahun iseng cerita ke salah satu oom aku dan beliau mau bayarin liburan kita (aku sama Winda aja loh, bukan bertiga) nanti. Oh, thank God!
Setelah
tahu aku bisa ikut liburan, aku jadi semangat 45 hahaha! Tanpa diminta aku
mengusul untuk cari daftar-daftar tempat yang wajib dikunjungi, gimana
akomodasi kesana dan selama disana, sampai tarif ongkos dan masing-masing
tempat wisata. Winda dan Ejak mengurus tumpangan selama disana. Ya, untungnya kita
punya teman dan kakak kelas yang bersedia kosannya ditumpangi. Winda
kontak-kontakan sama Yuk Yustika, Ejak kontak-kontakan dengan Gatot.
Nah, saat
itu oom aku minta data pribadi kita bertiga dan bilang akan mengurus akomodasi
keberangkatan kita. Kita berkali-kali mesen sama beliau pesenin bus aja, biar
murah dan sekalian kita juga pengen ngerasain backpacker-an gitu. Agak curiga
sebenarnya, sampai H-2 kita belum tahu kita akan naik apa dan gimana. Setelah
dikonfirmasi, ternyata oom aku pesenin tiket pesawat ke Jakarta dan nyiapin
supir langganan beliau yang ada di Jakarta untuk nganterin kita ke Bandung. Di
satu sisi seneng tapi prihatin juga, kok malah difasilitasin enak banget gini.
Uang saku aja dari beliau, akomodasi masih dienakin juga.
Sabtu,
13 Desember 2014
Berikutnya,
hari yang ditunggu pun tiba! Sekitar jam sepuluh kita udah siap mau berangkat
ke Bandara. Rencananya mau dianter sama Ayah Ejak tapi begitu udah mau
berangkat mobilnya mogok dan kita panik mesti minta tolong sama siapa.
Untungnya, Dina lagi senggang dan bisa nganter kita ke bandara. Kurang dari
satu jam kita ngebut dari Plaju ke Bandara. Mana oleh-oleh belum dibeli, jadi kita
sempetin mampir dulu di salah satu toko pempek. Di mobil cemas banget takut
nggak keburu dan ketinggalan pesawat, untungnya kita tiba di Bandara tepat
waktu dan masih bisa ikut pesawat. Tapi, begonya adalah, aku kelupaan bawa
pempek oleh-oleh di boarding pass saking buru-burunya. Kesel minta ampun! Sia-sia aja ngeluarin
duit untuk kasih oleh-oleh dengan resiko ketinggalan pesawat, eh tetap nggak
bisa ngasih juga ujung-ujungnya.
Sampai
di Jakarta kita udah ditungguin sama Mas Ifan, supir oom aku itu loh. Dia tanya
kita mau keliling Jakarta dulu apa langsung jalan ke Bandung. Agak canggung
juga awalnya. Pertama, kita nggak nyiapin daftar wisata di Jakarta. Kedua, kita
belum tahu ini orang udah dibayar apa kita yang bayar apa udah dibayar tapi
kalo keliling Jakarta dulu mesti bayar lagi, kita nggak tahu sama sekali.
Akhirnya, ya udah, kita putuskan untuk ke Kota Tua dulu.
Setelah dari situ, dia tanya mau kemana lagi. Bingung lagi, dong. Akhirnya kita bilang mau makan es krim di Ragusa. Ngeselinnya, ini orang ternyata di perjalanan menuju Ragusa ngajak satu temannya untuk ikut kita! Kalian tahu, kan, apa yang kita pikirkan saat itu? Ini dua orang siapa yang mau bayarin?!! Mana selama perjalanan Mas Ifan ini selalu mengeluh-eluhkan oom aku, seolah-olah kita pasti sedermawan oom aku. Cuy, kita disini aja dimodalin!
Setelah dari situ, dia tanya mau kemana lagi. Bingung lagi, dong. Akhirnya kita bilang mau makan es krim di Ragusa. Ngeselinnya, ini orang ternyata di perjalanan menuju Ragusa ngajak satu temannya untuk ikut kita! Kalian tahu, kan, apa yang kita pikirkan saat itu? Ini dua orang siapa yang mau bayarin?!! Mana selama perjalanan Mas Ifan ini selalu mengeluh-eluhkan oom aku, seolah-olah kita pasti sedermawan oom aku. Cuy, kita disini aja dimodalin!
Dengan
setengah hati kita jajan es krim ke Ragusa dan traktir mereka berdua juga.
Belum lagi semua tol dan bensin kita yang bayar. Hmm, apakah kita bertiga
terkesan pelit? Menurutku rasa keberatan kita itu masuk akal banget. Uang kita
minim beneran minim, kita mau liburan satu minggu dan belum juga sampai di
Bandung uang kita udah terkuras seperempatnya. Kita kaget aja gitu tiba-tiba
‘ditodong’ untuk bayar ini dan itu yang di luar dari anggaran kita bertiga.
Padahal
temannya Mas Ifan ini manis, loh, kayak Rio Dewanto. Mana dia lebih kalem pula.
Tapi tetap aja kesal juga. Eh pas masuk Bandung, ternyata mereka juga nggak
begitu familiar sama jalannya. Jadi beberapa kali salah jalan gitu. Sebelum
mengantar aku dan Winda, kita mengantar Ejak dulu ke kosan Gatot di sekitaran
ITB, baru selanjutnya mengantar kita ke Dipatiukur. Kita tiba tepat di depan
Unpad Bandung sekitar jam sepuluh malam, dan menunggu Yuk Yustika jemput kita
disana, karena katanya kosannya masuk lorong kecil dan mobil nggak bisa masuk.
Setelah
Yuk Yustika datang dan kita pamit dengan Mas Ifan dan temannya, kita membeli
martabak dulu untuk ngisi perut sebelum tidur hari itu. Nggak nyangka, hari
pertama perjalanan kita dari Palembang ke Bandung aja ternyata udah punya banyak
cerita, belum lagi selama menghabiskan waktu liburan disana. Masih banyak
cerita-cerita seru nan absurd lainnya selama kita di Bandung,
jadi kita lanjut di postingan selanjutnya aja, ya!
0 komentar:
Post a Comment